page hit counter -->

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (Long Life Education In Islam)

Belakangan ini banyak ditemukan permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin meningkat. Mulai dari permasalahan akhlak pribadi seseorang sampai mengarah pada kebutuhan seseorang dalam kehidupan sehari–hari. Namun, manusia memiliki sifat dan keinginan – keinginan untuk menjadi baik dan maju dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga secara singkat bahwa pendidikan sangat diperlukan manusia dan merupakan proses yang paling efektif untuk terpenuhinya kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat. John Dewey sebagai tokoh pendidikan dari Barat menawarkan konsep pendidikan yang tidak mengenal kata “terlambat”, “terlalu tua”, atau “terlalu dini” untuk memulainya. Menurutnya : “Educational process has no end beyond it self in its own and end”. Konsep serupa dikenal kemudian dengan istilah long life education atau pendidikan seumur hidup. Islam sebagai agama terakhir yang paling sempurna memiliki ajaran bahwa kehidupan manusia berlangsung pada dua dimensi: dimensi dunia dan dimensi akhirat. Dari pola hidup yang sedemikian luasnya, dengan pasti Islam menawarkan pendidikan yang berlangsung tanpa batas.  Berkenaan dengan pendahuluan di atas, dalam paper ini lebih lanjut akan diuraikan ( 1 ) Fitrah Manusia dan Kaitannya dengan Pendidikan, ( 2 ) Pendidikan Dalam Pandangan Islam, dan ( 3 ) Belajar Dalam Kisah.
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (Long Life Education In Islam)
1.  Fitrah Manusia dan Kaitannya dengan Pendidikan
Dalam proses penciptaannya, manusia merupakan makhluk Allah Swt yang paling istimewa yang telah dianugerahkan dengan berbagai fitrah-Nya. Menurut Hamka dalam Samsul Nizar;pada diri setiap anak (manusia) terdapat tiga unsur utama yang dapat menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh maupun ‘abd Allah. Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati atau qalbu (roh), dan pancaindera (penglihatan dan pendengaran) yang terdapat pada jazad – jazadnya”
Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya. Ketika lahir, potensi manusia belum diketahui. Dalam tahapan ini manusia hanya membawa insting, seperti menangis, merasa lapar dan haus, dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan psikisnya, potensi tersebut secara tahap demi tahap mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan efisien adalah melalui pendidikan. Proses ini dimulai sejak manusia lahir sampai perkembangannya mengalami kefakuman, yaitu dengan adanya kematian.
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa jauh sebelum bangsa Barat mengemukakan prinsip long life education, Islam lah yang telah terlebih dahulu memproklamirkan prinsip ini.

2.  Pendidikan Dalam Pandangan Islam
Pendidikan dalam Islam itu sudah dimulai dari kandungan sampai liang lahat, atau bisa disebut dengan pendidikan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan itu tidak harus selalu dilakukan ditempat yang formal. Pembelajaran tingkah laku di lingkungan sekitar dan keluarga pun disebut dengan pendidikan. Agama Islam menyebutkan pula bahwa pendidikan itu harus didasarkan pada agama. Pendidikan itu tidak hanya menuntut pengetahuan saja tetapi perlu adanya keseimbagan antara akhlak. Lingkungan sekolah berpengaruh juga dalam proses pendidikan. Lalu masyarakat, karena lingkungan yang kurang baik akan cepat mempengaruhi dalam jalannya poses pendidikan ini. Apalagi tentang pergaulan sekarang ini. Jika kita tidak dapat memilah dan memilih mana yang baik untuk kita mungkin kita akan terjerumus kedalam hal-hal yang kurang baik pula.

Karena dalam kenyataan ini orang itu jika kurang kuat imannya secara tidak langsung akan mudah terpengaruh. Al Quran sudah memberi petunjuk agar kita itu tidak ketinggalan / bodoh terhadap ilmu.

Pepatah mengatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina”. Tapi jangan lupa hal ini harus diseimbangkan dengan akhlak. Pendidikan itu suatu proses memanusiakan manusia. Ilmu adalah bagian dari pendidikan. Menurut pandangan Islam bahwa proses pendidikan itu perlu diimbangi dengan penanaman akhlak. Jadi pendidikan dalam pandangan Islam perlu didukung. Dengan hal ini Islam tidak ingin umatnya awam dengan pendidikan.

Pendidikan dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Dalam proses pendidikan terjadi suatu interaksi yang saling berkaitan yaitu anak didik, pendidik, dan tujuan dari pendidikan itu.

3. Belajar Dalam Kisah
Dalam perspektif Islam, setiap muslim diwajibkan untuk menjadi manusia terdidik. Kewajiban tersebut berlaku sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai masuk liang lahat. Hal ini berarti bahwa tidak ada proses kehidupan manusia yang lepas dari pendidikan. Hidup adalah pendidikan, pendidikan adalah hidup itu sendiri, life is education, education is life.

Dengan demikian pendidikan haruslah menghidupkan dan tidak boleh mematikan manusia. Pendidikan yang menghidupkan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan manusia. Sedangkan pendidikan yang mematikan adalah pendidikan yang tidak menghargai potensi. Kita merupakan orang biasa dengan segala keterbatasan yang ada. Namun, untuk menjadi orang yang luar biasa dengan pendidikan Islam dalam sepanjang hayat kita, kita harus bisa lebih banyak belajar dari lapangan/realita kehidupan. Emha Ainun Najib juga banyak belajar di kampus terminal. Tepatnya di Njomplangan atau teteg sepur dekat stasiun Jombang. Ia pernah diajar oleh tukang becak karena pilih-pilih bis yang mau dinaiki ke dengan cara berbohong. Semua bis distop. Kalau ternyata ke Kediri atau Ponorogo, ia jujur bilang “ Ke Jogja “. Kalau yang lewat adalah bis ke Jogja tapi bukan favoritnya (red Emha A. N) maka ia berbohong “ke Ponorogo“. Lama kelamaan akhirnya pun diguyur hujan berkepanjangan. Maka tukang becak pun nyeletuk, “inilah hukuman bagi orang yang berbohong“.

Itulah sepenggal kisah fakta yang disampaikan oleh Solihin Abu Izzudin (2007:104) dalam bukunya “Zero to Hero”. Dari sepenggal kisah tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa kita sebenarnya belajar untuk mendapatkan pendidikan dalam Islam sebenarnya sebagian besar diperoleh di lapangan/realita kehidupan. Emha Ainun Najib melakukan suatu kebohongan kecil, alhasil dia mendapatkan balasan dari Allah Swt cuaca di daerah tersebut akhirnya hujan, sehingga dia tidak mendapatkan bis yang dia dapat, justru basahan air hujan yang dia dapat. Dari kisah itu memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita alangkah indahnya kebesaran Allah Swt yang telah memberikan pelajaran hidup bagi kita, dimanapun kita berada. Jadi pada prinsipnya long life education in Islam bukan hanya diperoleh dari bangku formal saja seperti sekolah maupun perguruan tinggi, namun diperoleh sebagian besar dalam liku-liku kehidupan kita sehari – hari. Dengan adanya kisah tersebut kita sebagai umat muslim harus belajar dari apa yang telah kita perbuat.

KESIMPULAN

Setiap hari dalam hidup kita selalu ada kejadian dan peristiwa. Sungguh banyak dan mungkin kita tak pernah menghitungnya. Seandainya saja kita sadar bahwa apa yang kita alami setiap harinya adalah ilmu dan kita bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut, maka mungkin saat ini kita akan jauh lebih baik dari sekarang. Dan hanya sebagian orang saja yang bisa belajar dari kehidupannya sendiri juga dari kehidupan orang lain di sekelilingnya. Ada yang mengatakan bahwa kehidupan adalah sebuah sekolah dan pengalaman adalah filsafat yang mengajarkan dengan contoh. Jika setiap kali menemukan masalah terus introspeksi diri dan menganalisa sebab, akibat dan mengambil solusi dari masalah yang ditemui maka menurut saya itu yang dimaksud “long life education in Islam”. Karena belajar bukan hak seorang pelajar dan mahasiswa saja. Semua orang punya hak untuk belajar. Seorang petani akan terus belajar bagaimana cara mendapatkan hasil panen yang melimpah, seorang nelayan akan belajar cara menaklukan laut dan mendapatkan ikan yang banyak. Bahkan binatang sekalipun selalu belajar setiap harinya. Dengan nalurinya binatang bisa mengetahui, jika hari ini dia terperosok dijalan A, maka besok dia akan lebih berhati – hati atau bahkan dia beralih ke jalan B atau jalan lain agar dia tidak terperosok lagi.

Pada hakikatnya hidup adalah masalah. Dan yang perlu kita syukuri adalah karena masalah itulah kita bisa hidup dengan tegar. Idealnya sebagai muslim dalam mengenyam pendidikan selalu bermuara pada ridho Allah semata. Niat, motivasi, dan tujuan belajar hanya untuk-Nya. Di sinilah konsep Islam mengenai iman – ilmu – amal harus kita aplikasikan secara nyata. Seorang bijak pernah berkata, jangan belajar untuk mencapai sukses tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa..Sekarang saatnya menata diri, hati, dan hari dengan rencana dan aktivitas bermanfaat dan terarah. Nikmati perjalanan pencarian makna hidup kita dengan Islam sebagai guide-nya. Jangan lewatkan setiap momen hidup kita untuk terus dicari plus ditemukan hikmahnya. Dan songsong keberhasilanmu dalam naungan rahmat, berkah, dan ridhoNya selalu.

Dan belajar itu sungguh sangat kompleks. Apalagi belajar tentang Islam dalam kehidupan sehari – hari. Subhanallah selain mendapatkan ilmu yang bermanfaat kita juga mendapatkan pahala dari Allah Swt. Itu semua tergantung pada niat dan keikhlasan kita masing – masing untuk mempelajari dan mengamalkan ilmu Dienul Islam. Dan dimana pun dan kapan pun kita harus selalu lebih baik walaupun tidak menjadi yang terbaik ( syukur-syukur menjadi yang terbaik ) dalam setiap langkah hidup kita.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel